PSM Makassar: Klub Tertua yang Masih Garang, Ini Kekuatan dan Prestasinya

PSM Makassar

Saya masih ingat betul, waktu kecil dulu, televisi tabung di ruang tamu cuma punya satu channel yang bisa nangkep siaran Liga Indonesia. Nah, saat itulah pertama kali saya melihat seragam merah marun yang khas, dan nama yang nggak biasa: PSM Makassar. Sejak saat itu, saya jatuh cinta.

Buat saya pribadi, PSM bukan cuma klub bola. Ini simbol perjuangan, sejarah, dan kebanggaan Sulawesi Selatan. Klub ini berdiri tahun 1915, lho! Artinya, PSM Makassar adalah klub sepak bola profesional tertua di Indonesia, bahkan salah satu yang tertua di Asia Tenggara.

Waktu tahu fakta itu, saya makin respek. Bayangin, lebih dari satu abad berdiri dan masih jadi tim yang bersaing di kasta tertinggi. Gila nggak sih? Nggak heran kalau banyak yang bilang, PSM Makassar itu bukan sekadar tim, tapi warisan.

Sejarah PSM Makassar: Klub yang Nggak Pernah Mati Gaya

pemain PSM Makassar melakukan selebrasi

Nama PSM sendiri awalnya adalah Makassar Voetbal Bond (MVB) yang kemudian berubah nama menjadi PSM pada tahun 1940. Klub ini memang sudah aktif jauh sebelum kemerdekaan. Bahkan, saat Liga Perserikatan masih berjaya,Sports PSM Makassar sudah jadi kekuatan besar.

Saya sempat ngobrol sama paman yang dulu pernah nonton langsung era Ramang. Katanya, striker satu itu legendaris banget—bisa cetak gol dari jarak jauh tanpa bola menyentuh tanah. Waktu diceritain, saya sampai merinding.

Sepanjang sejarahnya, PSM Makassar pernah menjuarai Liga Perserikatan 5 kali, dan jadi juara Liga 1 musim 2022/2023. Prestasi itu terasa makin manis karena dicapai dengan skuad yang lebih banyak diisi pemain lokal. Nggak main-main, ya. Ini bukan tim yang cuma punya sejarah, tapi juga bisa menjawab tantangan zaman sekarang.

Kekuatan PSM Makassar Saat Ini: Solid dan Konsisten

Kalau bicara soal kekuatan PSM Makassar hari ini, saya berani bilang: ini tim yang “nggak neko-neko, tapi solid”. Bukan tim yang gembar-gembor belanja pemain asing bintang, tapi chemistry dan etos kerja mereka itu yang bikin beda.

Coach Bernardo Tavares bener-bener kasih napas baru sejak datang. Dia bukan cuma pelatih, tapi arsitek strategi. Gaya main PSM Makassar jadi lebih efektif dan disiplin. Mereka bisa menekan di lini depan, tapi juga sabar nunggu celah. Dan ya, kalau udah dapet momentumnya… tim lawan bisa kelabakan!

Selain itu, mereka punya keunggulan besar di lini belakang. Musim lalu, PSM termasuk tim dengan pertahanan terbaik di Liga 1. Coba lihat jumlah kebobolan mereka—lebih sedikit dari banyak tim besar lainnya.

Mengapa PSM Makassar Patut Diwaspadai?

Jawaban paling simpel? Karena mereka konsisten.

Banyak tim di Liga Indonesia yang bisa bagus satu musim, terus tenggelam di musim berikutnya. Tapi PSM beda. Bahkan ketika mereka nggak juara, mereka tetap kompetitif. Dan hebatnya lagi, mereka sering mengandalkan pemain lokal yang minim sorotan, tapi mampu tampil luar biasa.

Contohnya Wiljan Pluim. Oke, dia memang pemain asing. Tapi dia bukan pemain bintang glamor yang doyan gaya. Justru Pluim itu tipe pemain yang kerja keras dan loyal. Bahkan waktu kontraknya sempat nggak diperpanjang, banyak fans naik darah. Untungnya, manajemen akhirnya melanjutkan kerjasama.

Faktor lain? Home ground mereka di Stadion Gelora BJ Habibie—atmosfernya luar biasa. Fans setia Juku Eja seperti The Macz Man dan Laskar Ayam Jantan dari Timur selalu bikin lawan nggak nyaman. Main tandang ke Makassar itu bukan sekadar soal teknik, tapi juga soal mental.

Lini Skuad PSM Makassar: Bukan Nama Besar, Tapi Kerja Besar

Mari kita lihat beberapa pemain kunci yang bikin PSM susah dikalahkan:

  • Reza Arya Pratama (Kiper): Refleks cepat, pengambilan keputusan matang. Salah satu penjaga gawang lokal terbaik di Liga 1.

  • Yuran Fernandes (Bek): Tembok kuat di belakang. Pintar baca permainan dan punya fisik tangguh.

  • Wiljan Pluim (Gelandang): Otak permainan. Meski usianya nggak muda lagi, visi dan umpannya masih top tier.

  • Rasyid Bakri (Gelandang): Salah satu ikon lokal Makassar. Loyal dan tetap konsisten meski kadang tak disorot media.

  • Rizky Eka Pratama (Winger): Anak muda yang lincah dan punya akselerasi tajam.

Mereka bukan pemain dengan harga pasar gila-gilaan, tapi semangat kolektifnya tinggi banget. Itu yang kadang bikin lawan kesulitan: mereka main sebagai tim, bukan sekadar kumpulan individu.

Prestasi PSM Makassar yang Tak Terbantahkan

prestasi psm makasar

Saya bisa list beberapa pencapaian utama PSM yang patut kita soroti:

  • Juara Liga Indonesia 1999/2000

  • Juara Liga 1 2022/2023

  • Runner-up Liga 1 2018/2019

  • Semifinalis AFC Cup Zona ASEAN 2019

  • Juara Piala Indonesia 2019

  • 5x Juara Liga Perserikatan (1957, 1959, 1965, 1966, 1967)

Dan ya, PSM termasuk klub yang sering lolos ke kompetisi Asia. Bahkan di tengah jadwal padat dan logistik yang sering bikin ribet, mereka tetap bisa tampil kompetitif. Salut banget sih!

Momen Pribadi: Nonton Langsung dan Merinding

Saya sempat punya kesempatan nonton langsung pertandingan PSM di stadion waktu mereka tandang ke Jawa. Saat lagu “PSM Oi” dinyanyikan oleh suporter, saya merinding. Rasanya seperti jadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari sekadar pertandingan bola.

Dan waktu mereka menang? Wah, bahagianya bukan main. Seolah-olah saya juga ikut bertarung di lapangan.

Momen-momen kayak gitu bikin saya makin yakin: klub ini punya jiwa. Bukan sekadar institusi olahraga, tapi juga simbol harapan dan kebanggaan masyarakat.

Lebih dari Sekadar Klub Sepak Bola

Buat saya, PSM Makassar itu kayak cerita rakyat yang nggak pernah mati. Selalu ada, terus berkembang, dan punya tempat tersendiri di hati banyak orang. Kalau kamu belum pernah nonton langsung atau ngikutin mereka dengan serius, coba deh. Ada banyak pelajaran tentang loyalitas, kerja keras, dan semangat dari klub ini.

Regenerasi Pemain: Rahasia Panjang Umur PSM di Kompetisi

Satu hal yang jarang disorot tapi sangat penting dari PSM Makassar adalah kemampuannya menjaga regenerasi pemain. Klub ini dikenal berani memberikan kesempatan kepada talenta muda lokal, terutama dari Sulawesi Selatan. Nama-nama seperti Rizky Eka Pratama, Dzaky Asraf, hingga pemain muda lain dari akademi terus diberi jam terbang. Regenerasi ini bukan cuma soal mencari pengganti pemain senior, tapi juga membangun identitas klub jangka panjang. Di saat banyak klub lain sibuk berburu pemain asing, PSM justru menambal kekosongan dengan anak-anak daerah yang penuh semangat dan loyalitas.

Mereka bukan tim yang hidup dari nostalgia, tapi terus membuktikan bahwa mereka bisa relevan—bahkan di era sepakbola modern.

Baca juga artikel menarik lainnya tentang Dharamsala Cricket Ground: Awe-Inspiring Masterpiece disini

Author